Amarah Dan Cara Mengendalikannya
Senin, 06 Mei 2013
0
komentar
Dalam kajian ilmu komunikasi, amarah adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang. Ketika seseorang sedang marah, berarti ia sedang berupaya menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya.
Menurut kacamata psikologi, amarah adalah bagian dari emosi. Di antara sekian banyak emosi, amarah dikategorikan sebagai emosi yang negatif. Oleh karena itu, amarah harus dikendalikan jika kemarahan tersebut dapat merugikan orang lain dan lingkungan sekitar. Namun tidak selamanya amarah dapat merugikan orang lain, karena ada saat-saat di mana kemarahan perlu diekspresikan melalui perilaku. Sebab, adakalanyaseseorang yang kita ajak bicara baru mengerti maksud yang ingin kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain malah menganggap kita main-main atau tidak serius.
Begitu pula dengan kita, jika marah kepada anak bertujuan untuk menasihati, kemarahan tersebut diperbolehkan dengan catatan tidak melukai fisik dan psikis mereka. Namun, jika kemarahan tersebut karena jengkel kepada mereka, apalagi sampai melukai fisik maupun psikisnya, marah yang seperti ini yang tidak diperbolehkan dan dilarang dalam Islam, dan kita harus berusaha mengendalikannya.
Meskipun amarah merupakan sikap alamiah manusia, tetapi Rasulullah SAW mewanti-wanti keras kepada orang yang marah untuk dapat mengndalikan diri dan meredakannya semaksimal mungkin. Karena jika berlanjut, tidak hanya membahayakan dirinya, namun juga orang lain. Rasulullah bersabda, "Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat bertarung, melainkan orang yang mampu mengendalikan diri saat diselimuti kemarahaan." (HR. Muslim)
Untuk itu Islam menghimbau kepada manusia untuk mengendalikan, meredakan, bahkan menghindari amarah melalui beberapa hadis Rasulullah SAW:
Menurut kacamata psikologi, amarah adalah bagian dari emosi. Di antara sekian banyak emosi, amarah dikategorikan sebagai emosi yang negatif. Oleh karena itu, amarah harus dikendalikan jika kemarahan tersebut dapat merugikan orang lain dan lingkungan sekitar. Namun tidak selamanya amarah dapat merugikan orang lain, karena ada saat-saat di mana kemarahan perlu diekspresikan melalui perilaku. Sebab, adakalanyaseseorang yang kita ajak bicara baru mengerti maksud yang ingin kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain malah menganggap kita main-main atau tidak serius.
Begitu pula dengan kita, jika marah kepada anak bertujuan untuk menasihati, kemarahan tersebut diperbolehkan dengan catatan tidak melukai fisik dan psikis mereka. Namun, jika kemarahan tersebut karena jengkel kepada mereka, apalagi sampai melukai fisik maupun psikisnya, marah yang seperti ini yang tidak diperbolehkan dan dilarang dalam Islam, dan kita harus berusaha mengendalikannya.
Meskipun amarah merupakan sikap alamiah manusia, tetapi Rasulullah SAW mewanti-wanti keras kepada orang yang marah untuk dapat mengndalikan diri dan meredakannya semaksimal mungkin. Karena jika berlanjut, tidak hanya membahayakan dirinya, namun juga orang lain. Rasulullah bersabda, "Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat bertarung, melainkan orang yang mampu mengendalikan diri saat diselimuti kemarahaan." (HR. Muslim)
Untuk itu Islam menghimbau kepada manusia untuk mengendalikan, meredakan, bahkan menghindari amarah melalui beberapa hadis Rasulullah SAW:
- Membaca ta'awudz ketika marah. Rasulullah pernah mengajarkannya kepada dua sahabat yang saling mencaci dengan mengatakan, "Sesungguhnya aku akan ajarkan kalian suatu kalimat yang jika diucapkan akan hilanglah kemarahan kalian, yaitu bacaan A'uudzubillaahi minasysyaithaannirrajiim (aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)." (HR. Bukhari)
- Mengubah posisi ketika marah. Jika posisi kita saat marah datang ketika kita berdiri, dianjurkan untuk duduk. Namun ketika posisi kita saat marah datang ketika kita duduk, maka dianjurkan untuk berbaring. Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian marah, sedangkan ia dalam posisi berdiri, hendaklah ia duduk. Jika telah reda marahnya (maka cukup dengan duduk saja), dan jika belum reda, hendaklah ia berbaring." (HR. Abu Daud)
- Diam atau tidak berbicara. Rasulullah bersabda, "Apabila di antara kalian mara, diamlah." (HR. Ahmad)
- Berwudhu. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya marah itu datang dari setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api itu dapat padam jika direndam dengan air, maka apabila di antara kalian marah, berwudhulah." (HR. Ahmad)
- Melakukan Shalat. Rasulullah bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu (amarah), hendaklah ia bersujud (shalat)." (HR. Tirmidzi)
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Amarah Dan Cara Mengendalikannya
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://downloadmp3books.blogspot.com/2013/05/amarah-dan-cara-mengendalikannya.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar