Wanita Sebagai Mayoritas Penghuni Neraka
Senin, 03 Juni 2013
0
komentar
Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah fuqara’ (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam Neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
“ … dan aku melihat Neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." Para sahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Rasulullah menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ (HR. Imam Al-Bukhari)
“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka kerana sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti bunggul unta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya boleh didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad)
“Sesungguhnya penduduk Surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Jika kita perhatikan keterangan dalam beberapa hadits di atas secara rinci, niscaya kita akan mendapati beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam Neraka bahkan menjadi mayoritas penghuniya.
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
Kekufuran seumpama ini terlalu banyak kita dapati di tengah-tengah keluarga muslimin, yaitu seorang isteri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak sesuai dengan kehendak isteri sebagaimana kata pepatah, ’panas setahun dihapus oleh hujan sehari’. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang isteri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, dan janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya, kerana Allah SWT tidak akan melihat seorang isteri seumpama ini. Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasai)
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan keluarga muslimin. Tiga bentuk kedurhakaan itu ialah :
1. Durhaka dengan ucapan.
Bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang isteri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang dibenarkan oleh syara’. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan yang bermaksud untuk menjatuhkan dan merusak kehormatannya sehingga suaminya dipandang hina di mata orang lain. Begitu juga apabila seorang isteri meminta talak atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mendakwa telah dianiaya atau dizalimi suaminya atau sebagainya.
Permintaan cerai biasanya di awali dengan pertengkaran antara suami dan isteri karena ketidakpuasan isteri terhadap kebaikan dan usaha suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya kerana suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Islam. Sungguh hina sekali apa yang dilakukan isteri seperti ini terhadap suaminya. Rasulullah SAW bersabda, “Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i) maka haram baginya mencium wangi Surga.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi)
2. Durhaka dengan perbuatan.
Bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang isteri tidak mau melayani keperluan batiniyah suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang seumpamanya. Dan juga apabila seorang isteri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Tindakan ini sebenarnya adalah seakan-akan seorang isteri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i. Demikian pula jika isteri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya (aurat), menerima tamu tanpa izin suaminya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan sebagainya.
Maka setiap isteri yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut merupakan isteri yang durhaka terhadap suami dan telah melakukan maksiat kepada Allah SWT.
3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang isteri melakukan kedua bentuk kedurhakaan yang dilakukan sekaligus.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang wajib ditutupnya dari pandangan lelaki bukan mahramnya. Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan : “Wanita-wanita yang dimaksudkan Rasulullah SAW adalah yang memakai pakaian yang tipis yang menampakkan tubuhnya atapun yang menunjukkan bentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada zahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .”
“ … dan aku melihat Neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." Para sahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Rasulullah menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ (HR. Imam Al-Bukhari)
“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka kerana sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti bunggul unta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya boleh didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad)
“Sesungguhnya penduduk Surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Jika kita perhatikan keterangan dalam beberapa hadits di atas secara rinci, niscaya kita akan mendapati beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam Neraka bahkan menjadi mayoritas penghuniya.
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
Kekufuran seumpama ini terlalu banyak kita dapati di tengah-tengah keluarga muslimin, yaitu seorang isteri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak sesuai dengan kehendak isteri sebagaimana kata pepatah, ’panas setahun dihapus oleh hujan sehari’. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang isteri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, dan janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya, kerana Allah SWT tidak akan melihat seorang isteri seumpama ini. Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasai)
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan keluarga muslimin. Tiga bentuk kedurhakaan itu ialah :
1. Durhaka dengan ucapan.
Bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang isteri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang dibenarkan oleh syara’. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan yang bermaksud untuk menjatuhkan dan merusak kehormatannya sehingga suaminya dipandang hina di mata orang lain. Begitu juga apabila seorang isteri meminta talak atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mendakwa telah dianiaya atau dizalimi suaminya atau sebagainya.
Permintaan cerai biasanya di awali dengan pertengkaran antara suami dan isteri karena ketidakpuasan isteri terhadap kebaikan dan usaha suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya kerana suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Islam. Sungguh hina sekali apa yang dilakukan isteri seperti ini terhadap suaminya. Rasulullah SAW bersabda, “Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i) maka haram baginya mencium wangi Surga.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi)
2. Durhaka dengan perbuatan.
Bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang isteri tidak mau melayani keperluan batiniyah suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang seumpamanya. Dan juga apabila seorang isteri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Tindakan ini sebenarnya adalah seakan-akan seorang isteri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i. Demikian pula jika isteri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya (aurat), menerima tamu tanpa izin suaminya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan sebagainya.
Maka setiap isteri yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut merupakan isteri yang durhaka terhadap suami dan telah melakukan maksiat kepada Allah SWT.
3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang isteri melakukan kedua bentuk kedurhakaan yang dilakukan sekaligus.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang wajib ditutupnya dari pandangan lelaki bukan mahramnya. Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan : “Wanita-wanita yang dimaksudkan Rasulullah SAW adalah yang memakai pakaian yang tipis yang menampakkan tubuhnya atapun yang menunjukkan bentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada zahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .”
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Wanita Sebagai Mayoritas Penghuni Neraka
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://downloadmp3books.blogspot.com/2013/06/wanita-sebagai-mayoritas-penghuni-neraka.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar